[#30DWC: DAY 9] Asterisma
#30DaysWritingChallenge
DAY 9 - Asterisma
by hvnlysprng
write a road trip story
∞
Saat membicarakannya dengan Spica dan
Regulus, kedua bintang itu setuju kemudian mengungkit-ungkit usia Arcturus yang
sudah menginjak tujuh miliar tahun. Arcturus sedikit tersinggung namun ia
merasa tak ada gunanya mengungkapkan emosi tidak penting jika sebentar lagi dirinya
akan menemui ajal. Sepatutnya ia bersyukur juga karena dua teman terdekatnya
itu bersedia mengantarnya menuju Lubang Hitam terdekat.
Regulus menyebutnya perjalanan menuju kematian,
terkesan suram sekali. Namun Spica lebih suka menganggap perjalanan itu sebagai
ekspedisi Lubang Hitam. Maksudnya, bahkan bintang-bintang pun penasaran dengan
takdir yang dibawa pusaran gelap penghisap objek selestial itu.
“Kurasa ini lebih mirip sebuah selamat
tinggal,” ujar Arcturus dengan tenang.
Ucapan tersebut mau tak mau menimbulkan
sedikit perasaan mengusik dalam diri Spica dan Regulus. Sepanjang perjalanan
antar galaksi beberapa hari kemudian, tak satupun dari mereka membangkitkan
perkara bunuh diri.
Arcturus fokus mencari letak Lubang Hitam
sebagaimana rumor yang didengar dari para komet. Spica sibuk mengumpulkan gas
hidrogen untuk dijadikan santapan. Sementara Regulus masih sempat mengoceh
banyak hal yang kebanyakan soal nostalgia masa pertemanan mereka bertiga.
“Lihat batu itu! Kita dulu pernah melihat
satu yang seukuran dia, bukan? Nahas sekali hidupnya cuma sebentar―terlanjur
menabrak Uranus lalu pecah berkeping-keping.” Cerita itu diungkapkan
berkali-kali oleh Regulus setiap mereka menemui bongkahan batu angkasa seukuran
planet.
Mereka terus berjalan. Berputar dalam
orbit. Mengelilingi setiap sudut kosmos.
Namun tak pernah ada Lubang Hitam yang
berkenan untuk ditemui.
“Tidak apa-apa, Arcturus,” ucap Spica
seraya menepuk punggung kawannya yang putus asa. “Kau tak perlu repot-repot
bunuh diri. Ekspedisi Lubang Hitam bisa dilakukan manusia. Barangkali musim semi
berikutnya kau akan kehabisan karbon, lalu kau bisa mati dengan tenang.”
Arcturus pasrah. Ia mengangguk lantas
kembali pulang dengan pupusnya angan-angan soal Lubang Hitam. Raksasa merah
terang itu menanti datangnya musim semi, ketika ia membentuk Asterisma Segitiga
Musim Semi dengan Regulus dan Spica. Kehadiran kedua kawannya akan mengingatkan
Arcturus akan fusi karbon, serta harapan akan akhir dari kehidupan.
Comments
Post a Comment