[#30DWC: DAY 18] 100万円
#30DaysWritingChallenge
DAY 18 - 100万円
by hvnlysprng
open up Twitter and write a story about the first tweet
∞
“Aku ingin satu juta yen.”
Tidak ada tanda-tanda keheranan di wajah Eve. Kalimat melantur semacam itu terlalu sering meluncur bebas dari mulut Sou, tanpa berbekal parasut maupun rencana pijakan. Barangkali persis orang bunuh diri. Sambil masih mencoret-coret doodle di atas selembar kertas, Eve bertanya, “Memangnya mau buat apa?”
“Banyak sekali!” jawab Sou penuh semangat, ia nyaris terjungkal dari posisi duduknya yang terbalik—menghadap sandaran kursi bukannya menggunakannya sebagai sandaran dengan benar. “Aku mau beli laptop baru, ponsel baru, gitar baru, konsol game baru. Aku mau jalan-jalan ke luar negeri. Aku mau membuka usaha biar seperti Kak Eve. Aku mau bayar UKT-ku sendiri.”
Eve terkekeh. “Bukannya hari ini kau ada kelas?”
“Iya. Tapi masih lama, jam satu siang.”
“Sekarang sudah jam sebelas, lho.”
Agaknya Sou sengaja tak menggubris. Ia hanya bergumam tidak jelas lalu menyibukkan diri dengan memutar-mutar penghapus milik Eve. Dikira gasing apa, ya?
“Sou-chan itu hebat kok,” ujar Eve memecah keheningan. “Kurasa kau tidak butuh uang satu juta yen.”
“Ehhhh, kenapa? Kak Eve sendiri tidak mau uang satu juta yen?”
Sang pemuda mengalihkan pandangan dari objek abstrak yang ia coba gambar sedari tadi, kini tersenyum sok misterius ketika matanya berserobok dengan milik Sou. “Bukannya tidak mau, tapi uang itu bisa dicari sedikit demi sedikit. Sou-chan pasti bisa dapat juga, kok.”
Masih ada tanda tanya jelas memenuhi sepasang manik Sou. “Bagaimana caranya?”
“Bukannya sudah dilakukan sejak dulu, ya? Menurutku Sou-chan itu keren, lho. Usiamu baru 20 tahun tapi sudah mandiri, bisa memanfaatkan hobi menyanyi dengan baik. Aku malah tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau kau tidak menyanyi di Nico Nico Douga.”
Mengerti rasanya dipuji saudara sendiri? Aneh. Menggelitik. Tapi menyenangkan. Sou pada dasarnya sudah tak punya malu, namun mendengar kakaknya menjabarkan hal-hal semanis itu panjang-lebar tetap saja membikin ia sedikit salah tingkah.
Untungnya, Eve adalah lelaki paling peka (hanya berlaku pada adiknya saja). Sebelum Sou mulai kebingungan harus memberi respon seperti apa, Eve memutuskan untuk melanjutkan kalimatnya. “Makanya kuliah yang benar.”
Ah, rasanya seperti selamat dari tertabrak kereta. Tapi ternyata di belakangnya ada gerbong yang tertinggal.
Comments
Post a Comment