[#30DWC: DAY 2] Comprehend
∞
Bila membicarakan gunung, sudah pasti
Kageyama tidak akan merespon selain sekedar gumaman, “Hm,” atau “Oh,” yang
manapun itu seringkali terdengar kurang ajar. Tapi aku bicara soal gunung bukan
demi mendapat respon baik darinya. Aku memang suka gunung, terlebih yang berbaris
mengelilingi Prefektur Miyagi. Terus terang, lebih asik jalan-jalan di bukit
sekitar sekolah daripada harus berlama-lama menonton latih tanding Karasuno,
apalagi kalau Kageyama sudah marah-marah ke partner
berambut oranye-nya tiap selepas melemparkan toss.
Kendati, bisa dibilang bohong juga kalau
aku menyatakan bahwa bicara dengan Kageyama itu tidak menyenangkan.
Eh―maksudku, nasib baik dia tidak ngegas saat menjawab ocehanku soal
gunung, ‘kan?
“Kurasa aku akan pergi ke Tateyama-Kurobe.
Kau tahu, tembok saljunya yang terkenal itu, lho! Aku bisa memesan tiket shinkansen ke Toyama minggu depan. Meski
katanya Yuki no Otani baru bisa dilewati secara sempurna sekitar bulan Mei.
Tapi yang terpenting gunungnya! Musim dingin adalah saat paling tepat untuk
mendaki!”
Aku masih berapi-api ketika pepatah yang
keren itu menutup akhir kalimatku. Ada sedikit keraguan kalau-kalau Kageyama
masih mendengar apa yang baru saja kuucapkan, jadi kuputuskan untuk melirik ke
arahnya.
Sayangnya, itu tidak memberiku jawaban.
Kageyama bertampang campuran bodoh dan tak
acuh seperti biasanya. Hanya saja kali ini dia sibuk menyesap pelan-pelan
sekotak susu vanilla melalui sebuah
sedotan plastik. Terus terang, dia kelihatan makin menyebalkan saja.
“Jadi, apa rencanamu untuk libur musim
dingin nanti, Kageyama?”
Lelaki itu mungkin berpikir sebentar―masih
dengan ekspresi datar yang sama―seolah rencana liburannya itu sekeren
jalan-jalan keliling Eropa. Padahal menurut keyakinanku pasti tidak jauh-jauh
dari latihan voli lagi.
“Aku akan ikut kamp pelatihan nasional.”
Benar tebakanku, ‘kan?
Bukannya itu hal yang buruk. Mengingat
bahwa Tim Voli Putra Karasuno berhasil lolos ke tingkat nasional mewakili
Prefektur Miyagi, tidak heran jadwal mereka dipenuhi latihan intensif. Termasuk
si Kageyama yang gila voli ini.
Aku jadi heran―apa, sih, yang menarik dari
voli?
“Kapan turnamen nasionalnya?”
Agaknya Kageyama tidak menduga akan
datangnya pertanyaan itu. “Uh―sekitar tiga bulan lagi.”
“Eh? Cepat juga, ya?”
Kulihat lelaki itu mengangguk. “Tim kami
masih belum apa-apa. Kurasa banyak yang harus kami pelajari dan tingkatkan
sekaligus. Jadi undangan ke kamp pelatihan nasional itu kesempatan yang
berharga sekali. Ini bakal menjadi tiga bulan yang menyulitkan, tapi aku yakin tim kami akan baik-baik saja.”
Aku sedikit melongo mendengar kalimat
panjang bernada serius itu terlontar dari mulut Kageyama. Maka kurespon saja dia sekenanya, “Well, aku ikut senang mendengarnya.”
Tiba-tiba saja dia menoleh. Dan pandangan
kami berserobok. “Tateyama-Kurobe terdengar menarik sekali, Izumi-san. Tapi pastikan kau datang ke Tokyo
saat turnamen nasional nanti.”
Lantas kudapati Kageyama mematri sebuah
senyum. Aku tak pernah melihatnya tersenyum setulus itu.
∞
Halo! Selamat datang di hari kedua!
Awalnya saya berniat bikin orifict mystery-horror, tapi kemudian muncul berita soal Haikyuu Season 4 bertepatan dengan ulang tahun Kageyama Tobio, jadilah fenfik dadakan ini:”D
Maaf kalau hasilnya kurang memuaskan atau agak melenceng dari prompt ya huhu.
Awalnya saya berniat bikin orifict mystery-horror, tapi kemudian muncul berita soal Haikyuu Season 4 bertepatan dengan ulang tahun Kageyama Tobio, jadilah fenfik dadakan ini:”D
Maaf kalau hasilnya kurang memuaskan atau agak melenceng dari prompt ya huhu.
Comments
Post a Comment