[#30DWC: Day 25] Curse of The Blood Moon
#30DaysWritingChallenge
DAY 25 - Curse of The Blood Moon
DAY 25 - Curse of The Blood Moon
by hvnlysprng
inspired by Star vs The Forces of Evil
∞
Selain hal-hal mendasar
seperti mantra tak kasat mata, serta mantra-mantra favorit seperti
jentikan-jari-menggelapkan, ada satu ilmu sihir warisan yang akan terus diingat
Natsume sampai napas terakhirnya. Atau barangkali, sampai ia berhasil
mempraktekkannya.
Ilmu itu sejatinya bukan berupa ‘mantra’ maupun benda
keramat peninggalan leluhur keluarga Sakasaki, bukan pula senyawa kimia hasil
percobaan dari tahun ke tahun. Natsume menyimpannya dalam sebuah kotak pandora
di suatu sudut dalam kepalanya. Terkunci. Tentu, kuncinya tidak ke mana-mana,
Natsume bebas membuka kotak itu kapanpun ia mau. Namun, bila memang demikian,
apa arti dari eksistensi kunci itu sedari awal?
Natsume menguncinya bukan tanpa alasan. Pemuda
tersebut bisa memejamkan mata, diam-diam membuka kuncinya ketika ia duduk
sendirian di ruang rahasia perpustakaan Akademi Yumenosaki. Tetapi ia tak
pernah melakukannya.
Bulan Merah.
Sejak suara lembut ibunya pertama kali mencapai rungu,
semua kalimat yang menyusul berbaris rapi menuju benak Natsume, membentuk
paragraf rapi yang tertulis di atas secarik kertas kecoklatan. Kemudian kertas
itu tergulung, rapi, terkunci dalam kotak pandora. Maka meski ibunya tak akan
pernah duduk di sampingnya untuk menceritakan hal yang sama lagi, Natsume sudah
punya sebuah salinan.
When the
light of the blood moon drubbles down and selects two lucky souls, binding them
together for eternity in its hypnotic, ruby brodum.
“Bulan Merah,
Anzu.”
Di hadapan Natsume berdiri seorang gadis, cantik,
rambut coklatnya disisir rapi, menggantung di belakang punggung. Senyum
hangatnya memberi Natsume alasan untuk menyelami ingatan, menghampiri kembali
sudut tempatnya meletakkan sekotak sihir bertahun-tahun yang lalu. Rembulan
yang terpantul di manik gadis itu memberi Natsume keyakinan untuk membuka
kotak, mengeluarkan gulungan sakral, lantas membuang kuncinya jauh-jauh.
“Apa itu?”
“Bulan Merah. Kau tahu, ketika kekuatan alam mewarnai
bulan serupa darah pekat. Merahnya begitu kuat sampai melahirkan kutukan abadi.”
“Kutukan seperti apa?”
Natsume masih menatap lekat-lekat sepasang netra Anzu.
Mengilap indah bagai batu mulia, barangkali bisa menghipnotis Natsume lebih
dari Bulan Merah itu sendiri. Ia meraih tangan gadis itu, menggenggamnya
hati-hati.
Kutukan
pada sepasang jiwa manusia. Kutukan yang mengikat mereka selama-lamanya.
“Kutukan yang sepertinya, tanpa kusadari telah
diberikan padaku bertahun-tahun yang lalu.”
Comments
Post a Comment