名前も知らない貴方に恋をした

名前も知らない貴方に恋をした

“I don’t even know your name but I fall in love with you.”

 


Aku tidak pernah bisa tenang ketika langit malam terkepung oleh gumpalan awan. Hitam pekatnya membuatku terpaksa berucap selamat tinggal pada kerlip objek selestial yang biasa menemani sibuknya isi kepalaku. Suatu kali sebuah bintang jatuh meluncur bebas ke arah ujung barat lalu terlintas di benakku untuk memberitahu kamu soal itu―tapi kurasa kamu sudah cukup pintar untuk memahami bahwa bintang jatuh sejatinya sama sekali bukan sebuah bintang, melainkan meteor yang sedikit demi sedikit terkikis menjadi meteorit.

Ah―kalau kamu belum tahu pun tidak apa-apa, aku ada di sini untuk menarasikan banyak hal padamu.

Barangkali sebab itulah aku selalu suka langit malam. Dia punya sederet cerita berwujud konstelasi dengan variasi yang tak pernah membikin bosan. Jika berkenan, kita bisa berbagi cerita soal supernova yang menyisakan bintang neutron seberat lima kali matahari. Atau kamu lebih suka membicarakan katai putih yang dulunya tak kalah terang dengan pasangannya, seperti Sirius B. Bahkan mendiskusikan teleskop apa yang cocok untuk pemula ditambah harga terjangkau pun tidak masalah buatku.

Lihat, banyak sekali yang bisa kita bicarakan berdua.

Banyak sekali yang masih belum bisa kukatakan padamu. Baik soal ilmu astronomiku yang dangkal maupun bagaimana debar jantungku bisa berpacu lebih cepat daripada rotasi Geminga ketika suara lembutmu mencapai rungu.

Bergumulnya mendung malam ini seolah berusaha meyakinkanku bahwa semesta berjalan terlalu acak, sebagaimana takdir memutuskan agar pertemuan kita ditunda sampai bulan menenggak biru air laut untuk ke-sekian kalinya.

Cangkit-cangkir itu, entah berapa banyak yang akan dihabiskan, aku tak pernah tahu. Nyatanya semesta menyembunyikan banyak hal dariku. Termasuk soal kamu.




belajar astronomi itu nggak bisa hanya dalam semalam, jadi maafkan kalau banyak kekeliruan
dari aku yang menyempatkan publish sebelum kuis Dokai


―hvnlysprng
2018
116

Comments