Karunia
Lututmu menangis pijar. Linang menyala semerah pelupuk asoka. Kaupetik mereka dengan sehelai perca. Bercak-bercak merebak di sana; dari isakmu serta serpih bentala pada setiap celah kuku. Mereka semua milikmu. Mereka yang tersedu-sedu, tergurat subur, terang temarang di hadapan malam. Mereka milikmu dan kau tak ingin seorang pun tahu.
Petang itu kau tampak layu. Seolah kau lelah akan semua ini. Seribu pasang mata mengejarmu ke mana pun kau pergi. Kau terus saja berlari. Hendak ke mana lagi? Mereka bilang, hanya kau yang bisa membangunkan sang putri. Kau tidak boleh berhenti. Jangan berhenti, Link. Bagaimana jika kau mati? Mereka akan menemukanmu, seribu pasang mata itu. Kau bisa lenyap di tangan mereka; jasadmu habis sepotong-potong; darahmu terkuras menoreh batu persembahan. Lantas apa jadinya bumi ini? Kau tidak boleh berhenti. Berulang kali, kau bisikkan mantra itu pada diri sendiri. Kau tak ingin seorang pun tahu apa yang telah jadi milikmu. Lututmu yang kini tersedu-sedu dan asoka yang mekar pada segulung perca. Kau tampak lelah akan ini semua. Kertak unggun terbahak-bahak kala kau lemparkan mereka ke mulutnya.
Konteks:
Dalam judul Zelda II: The Adventure of Link (1987), tugas utama Link adalah menemukan keping Triforce of Courage dengan cara meletakkan enam batu kristal di reruntuhan enam kastil yang tersebar di peta. Kekuatan dari Triforce itu nantinya yang akan menghapus kutukan Putri Zelda yang tertidur selama bertahun-tahun. Meskipun antagonis utama cerita, Ganon, sudah dibunuh oleh Link di cerita sebelumnya, para pengikut Ganon terus memburu dan mengejar Link karena dipercaya darah Link bisa membangkitkan Ganon kembali.
This is so beautiful i’m sobbing
ReplyDeleteThank you, friend!
Delete