She put on her lace collar. She put on her new hat and he never noticed; and he was happy without her

Nagi bilang ia akan membeli bunga untuk dirinya sendiri.

Ketika hanaya-san¹ tersenyum padanya sambil menawarkan secarik kartu ucapan lucu, Nagi merasa hari itu terlalu cerah untuk berbohong malu-malu sehingga ia terang-terangan berkata ia membeli bunga untuk dirinya sendiri. Tentu saja hanaya-san masih tersenyum sopan, meski Nagi tahu dalam hati mungkin wanita muda itu berpikir, betapa anehnya pemuda satu ini! Akhirnya Nagi jadi membeberkan terlalu banyak tentang warna rose mallow favoritnya, dan kekasihnya yang setiap minggu memberinya bunga, dan perjalanan Ake menuju Hanamaki untuk melukis hutan-hutan Ihatov.

“Anda tahu Ihatov?”

“Tidak.”

“Ihatov itu tidak nyata,” ujar Nagi seraya mencari uang pas di dalam dompetnya, “tapi orang bilang Miyazawa Kenji menulisnya berdasarkan area pegunungan Prefektur Iwate.”

Terakhir kali Nagi melihat Ake, gadis itu melambaikan sapu tangan dari jendela kereta ekspres Tokyo-Sapporo, seolah mereka hidup di era Meiji dan tidak akan bertemu lagi sampai berbulan-bulan kemudian; jika Ake sudah muak menerima seratus lembar surat dari Nagi yang malang dan kesepian. Karena ini sudah musim panas dan Ake suka melukis di musim panas, ia memberitahukan rencana itu hari Jumat lalu sekaligus sambil mengantarkan bunga terakhirnya pada Nagi. Memang, ia tidak akan pergi lama (katanya), tapi tidak sebentar juga sehingga kemungkinan tidak akan ada kiriman bunga untuk pemuda itu.

“Bukan salahku kalau kamu harus terjebak di kantor yang membosankan sepanjang musim panas,” dalihnya ketika Nagi memprotes kenapa Ake cuma pergi seorang diri.

Mereka masih bertukar pesan dan saling menelepon setiap hari. Kemarin Nagi bertanya sudah sampai mana perkembangan lukisan Ake, yang mana gadis itu bilang ia sudah menemukan hutan, tapi belum menemukan Ihatov. “Kamu kan memang tidak suka mendaki,” kata Nagi lewat telepon, kesulitan membayangkan Ake berjalan sendirian di antara rapatnya pepohonan.

“Aku tidak mendaki jauh-jauh, kok. Cuma sampai kaki bukit saja.”

“Ya kalau begitu kamu belum mencari cukup jauh,” jawab Nagi. Dan mungkin ia benarAke menemukan Kota Hanamaki dan museum dan sekolah tua tempat Miyazawa Kenji dulu mengajar ilmu pertanian, ia menemukan hutan dan bukit hijau di musim panas, tetapi tidak ada Ihatov.

Nagi sudah bilang ia akan membeli bunga untuk dirinya sendiri. Kali ini ia pilih bunga-bunga kamomil yang rimbun berbintik kuning dan barangkali bisa ia petik beberapa untuk dibuat secangkir teh. Kata hanaya-san, mereka bermakna kesabaran atau kekuatan di tengah kesulitan. Mereka kini berayun manis dalam pot tembikar, di meja ruang tamu menghadap jendela yang dibuka separuh hingga angin berembus masuk kadang-kadang. Nagi mengambil potret mereka lalu mengirimnya pada Ake. Gadis itu meminta maaf karena tidak bisa mengiriminya bunga.

Tidak apa-apa, mereka berdoa untukmu,’ tulis Nagi dalam pesannya.

Berdoa agar apa?

Supaya Ihatov-mu
 segera ketemu.

Oh. Kalau begitu katakan
terima kasih pada mereka.

Bunga tidak bisa bilang sama-sama.
 Tapi katanya, kalau Ihatov-mu tidak
 ketemu, kamu bisa cepat pulang
 untuk melukis mereka.

Bunga-bunga kamomil, maksudku.

Mereka ada benarnya,
 soalnya di sini sepi
 tanpa kamu.





¹ Penjual bunga

² Ditulis berdasarkan pembuka novel Mrs Dalloway karya Virginia Woolf

Comments

Post a Comment