i don't think two people could have been happier than we have been

"Menyedihkan sekali, ya," ujarmu sambil sembunyikan tawa.

"Apanya?" tanya saya.

Namun saya tak mengerti apa yang kamu bilang kemudian. Riak air membawa mereka pergi menembus dinding jembatan, meninggalkan tangan-tangan kita yang mencengkeram sisi pagar. Saya tak berani menatap matamu. Lantas saya pandangi bayangan kita yang terpantul di muka sungai. Dan hari itu sungguh panas sekali. Hari itu sungguh sepanas jurang ketujuh yang dikunjungi Dante bersama Virgil di sisinya; Dante bilang di dalam sana bercokol jiwa manusia yang putus berkat kuku dan gigi dan cengkeraman mereka. Sungai di hadapan kita tampak seperti bulevar yang dapat membawa kita ke mana saja. Tahukah kamu apa yang ditulis Woolf sebelum menyusuri derai Ouse? Ia ucapkan terima kasih pada suaminya, dalam secarik kertas yang terlipat rapi di kehangatan rumah mereka. Tetapi rumah itu bukanlah apa yang dicari-carinya. Dan saya pikir rumah itu pun bukan apa yang kita cari-cari selama ini. Sedang saya pun tak mengerti ke mana kita harus pergi.

Apakah, menurutmu, sungai itu punya jawaban yang pantas kita percayai? Saya datang menemuimu di hari yang panas sekali, sebab saya sudah tak tahu harus ke mana lagi. Kita berdiri bersisian seraya mencengkeram pagar besi, meski telapak tangan saya memerah dan sekujur tubuh saya terbakar matahari. "Menurutmu, apa yang menanti di ujung sungai ini?" tanya saya, sebagaimana apa yang selalu saya lakukan setiap kali kita mematung di sisi jembatan, bicara tanpa berani bertukar pandangan. "Mungkin ada muara," jawabmu, lirih sekali, "atau lautan."

Mungkin ada muara, atau lautan, atau kata-kata yang tenggelam sebelum sempat diucapkan, atau mayat manusia yang enggan diselamatkan orang-orang. Tetapi sungai ini terlalu keruh dan bergelimang. Wajahnya tak lagi pantulkan rona angkasa maupun pendar lampu-lampu jalan atau cat merah jembatan. Di sana saya dapati refleksi kita beserta dunia serona bentala. Kita tak pernah tahu apa yang tenggelam di dasarnya, jatuh terbawa arusnya, melaju deras sampai ke muaranya.

"Menyedihkan, ya?" tambahmu.

"Apanya?" tanya saya lagi. "Hidup saya?"

Tersenyum, kamu menggeleng. "Hidup kita."

Comments