雨の日は今は好きだな
Ditulis beserta rasa terima kasih pada Eren dan lagunya Yorushika
Pasyage avec un couple de marche et croissant de lune (1890), Vincent van Gogh |
∴
Entri 394032
Beberapa saat selepas kepergian Fjo, untuk pertama kali langit tampak berbeda. Tidak bisa dipungkiri, langit memang selalu berbeda, sebab setiap objek yang kulihat perlahan-lahan bergerak menjauh lalu hilang di ufuk. Bukan berarti mereka menghindariku. Mereka memang bergerak, karena sudah seharusnya begitu dan aku yang hanya makhluk kerdil ini mustahil menemukan alasannya. Namun hari itu berbeda—hujan turun.
Hujan turun meski aku tidak menemukan segumpal awan pun di atas kepala, meski bintang-bintang masih tercatut manis di konstelasi mereka, meski lampu alarm darurat di kokpit berkedip tenang tiap tiga detik, meyakinkanku bahwa ia tidak mendeteksi apapun yang berbahaya.
Hujan turun di R7258. Warnanya kecokelatan dan rasanya seperti kapucino.
∴
Entri 394040
Aku telah menulis surat untuk Fjo, tentang hujan kapucino itu dan lubang-lubang bekas meteorit yang kini terlihat mirip kubangan lumpur di rumah kaca kalau Rul terlalu banyak menyiram labunya. Tentu saja, air yang sudah menyentuh permukaan lebih baik dibiarkan saja. Tapi aku dan Rul sempat menyimpan beberapa botol hujan yang belum terkontaminasi. Kami belum putuskan untuk apa. Kemarin aku naik kereta pertama melintasi utara Bima Sakti, pergi ke kantor pos yang tetap saja antre padahal aku berusaha datang seawal mungkin. Rul bilang ia ingin makan ikan jadi aku mampir ke tepi untuk memancing, lalu pulang naik kereta terakhir. Tangkapannya tidak banyak. Cukup, kurasa.
Oh, aku menyematkan selembar foto pada surat Fjo, untuk berjaga-jaga. Ia tak akan percaya padaku kalau tidak melihat hujan itu sendiri. Kuharap fotonya cukup jelas. Mungkin itu bisa mendorongnya untuk cepat pulang.
∴
Entri 394048
Hujan turun lagi dan Fjo belum membalas suratku.
Hari ini kukira ada segerombol cacing yang ikut dimuntahkan angkasa, tapi aku salah—dan tidak perlu khawatir. Objek misterius itu bukan cacing.
∴
Entri 394050
Rasanya aku perlu menulis jurnal ini soalnya banyak hal penting terjadi. Rul menghabiskan sehari penuh di lab demi meneliti cacing yang ternyata bukan cacing. Katanya itu makanan, diolah dari tanaman, ia tidak yakin namanya apa. Untuk saat ini kami menyebutnya platostoma palustre, kata Rul itu nama tanaman asalnya. Aneh, kupikir, Rul sendiri tidak yakin apakah masih ada yang menanam platostoma palustre lebih-lebih mengolahnya jadi makanan (lagipula rasanya ganjil, seperti jeli tapi sedikit asin). Bagaimana mereka bisa ikut turun bersama hujan?
Entahlah. Yang lebih penting, surat balasan dari Fjo akhirnya datang. Ia meminta maaf karena terlambat mengirim suratnya, walau tidak bilang alasannya kenapa. Bukan salah Fjo, pasti lumayan repot harus membalas suratku di sela-sela perjalanan. Isinya pun tidak begitu banyak, ia menulis posisinya saat itu ada di reruntuhan Herschelii, jauh di selatan. Ia juga percaya soal hujan itu, barangkali aku bisa mengirimkan satu botol kapucino di surat selanjutnya, katanya. Aku tidak keberatan, sih.
∴
Entri 394053
Hari ini aku pergi ke kantor pos lebih awal lagi. Antreannya tidak seberapa. Sesuai dugaanku, Rul masih tidak suka kopi, padahal kapucino itu sudah cukup manis. Aku mampir sebentar untuk membeli susu. Kuharap Fjo bisa lebih mengapresiasi kapucino daripada Rul.
∴
Entri 394055
Terkadang aku berharap hujan berlian turun di R7258, seperti di Saturnus. Tentu, planetoid mungil ini tak akan bisa menampung terlalu banyak berlian, bongkahan mengilap itu bakal menggunung di depan pintu masuk—barangkali sampai menghancurkan rumah kaca Rul. Setelah berpikir begitu, rasanya jahat sekali, aku tidak ingin melihat Rul menangisi rumah kacanya.
Terkadang, kupikir hujan kapucino dan platostoma palustre tidak buruk juga.
∴
Entri 394070
Agaknya Fjo terlambat membalas surat lagi.
∴
Entri 394079
Karena semakin sering turun hujan, aku tidak bisa pergi ke stasiun. Rul bersikeras membuatkanku payung dari dedaunan pohon musa acuminata balbisiana kesayangannya. Aku bersikeras melarangnya, takut menghambat panennya buah-buahan biru itu. Sebagian besar waktu kuhabiskan mengawasi kokpit dan menyusun kecocokan planisfer dengan lanskap angkasa. Semua masih sama, tertata begitu rapi.
Masih belum ada surat dari Fjo.
∴
Entri 394081
Aku bermimpi.
Di mimpiku, aku sedang berdiri di bawah hujan dengan pakaian basah kuyup. Aku mendongak dan tidak ada mendung atau gumpal awan, langit betul-betul sama cerahnya seperti saat pertama kali kami mendarat di R7258. Aku berjalan memutari permukaan landai R7258 sebanyak empat kali, lantas berhenti di tepian kolam kecokelatan. Di sana ada bayanganku, dan bayangan Fjo.
Ketika terbangun, aku mendengar suara isak tangis. Jantungku nyaris berhenti, kukira Rul sedang menangis di kamar sebelah—sudah nyaris dua bulan sejak Rul terakhir kali menangis diam-diam (sejak Fjo bilang ia akan pergi).
Ternyata itu suara isakanku sendiri.
∴
Entri 394083
Kolam itu sungguhan ada. Rul dan aku berjalan ke permukaan timur untuk menilik peristiwa tahunan, serpihan raksasa Boötids akan melintasi planetoid kecil kami. Kali ini hujan tidak turun, beruntung sekali, tapi aku jadi terlalu antusias menengadah sampai tidak memperhatikan jalan—dan aku menginjak lubang yang dalam. Bisa-bisa aku tenggelam seandainya Rul tidak ada di sana untuk menarikku kembali. Aku sama sekali tidak ingat ada lubang sebesar itu di sana, namun yang kami lihat jelas-jelas kolam kapucino, luasnya kira-kira enam meter. Mungkin begini rasanya jadi semut yang terjebak di rumah kaca Rul ketika ia terlalu banyak menyiramkan air.
Hanya bayangan kami yang terlihat di permukaannya. Air keruh ini segan memantulkan langit dan bintang-bintang dan serpihan Boötids yang hendak lewat.
Rul mengajakku piknik kecil-kecilan di tepi kolam baru kami besok.
∴
Entri 394084
Hujan turun lagi, kami tidak jadi pergi piknik.
∴
Entri 394091
Baru saja aku menerima paket tanpa nama pengirim. Rul menyuruhku berhati-hati, tapi aku tahu itu pasti kiriman Fjo. Di dalamnya ada botol—botol kapucino yang kukirim pada Fjo! Ia mengisi botol kosong itu dengan debu kosmik, sangat cantik, seolah ia menyedot sepotong awan nebula ke dalam sana. Sayangnya tidak ada surat maupun pesan lain lagi. Kami memajang botol itu di ruang duduk.
∴
Entri 3940100
Saat memandang Alderamin yang berpendar seputih bintik Neptunus, aku jadi bertanya-tanya sudah seberapa jauh Fjo telah melangkah? Lalu tiba-tiba memori tentang obrolanku dengan Fjo kembali berputar di kepala. Aku ingat Fjo pernah berkata bahwa setelah mati, jiwa kita berubah menjadi bintang. Aku cuma tertawa. Konyol betul isi benaknya itu. Kalau ia benar, maka seumur hidup ini kuhabiskan untuk mengamati orang mati? Yang benar saja.
∴
Entri 3940129
Sebulan lamanya, hujan turun setiap hari. Di laci nakasku ada surat yang siap dikirim, tapi aku tidak akan bisa pergi ke kantor pos di tengah cuaca buruk begini. Rul bilang tidak apa-apa, lagipula Fjo mungkin terlalu sibuk untuk mengurusi surat, lihat saja—ia baru mengirimi kita satu pucuk surat dan satu buah paket! Terus terang, Rul ada benarnya.
∴
Entri 3940137
Hari ini masih hujan.
∴
Entri 3940142
Kukira tetesan kapucino di luar setidaknya berhenti saat aku pergi tidur, tapi Rul bilang deru air itu terus mengetuk-ketuk jendelanya sampai kantuknya hilang. Kedengarannya tidak benar.
∴
Entri 3940150
Atap kami sempat bocor, tapi sudah ditambal dengan getah pohon. Ia mungkin cuma bertahan sebentar, kami harus memikirkan rencana lain kalau hujan ini tidak kunjung reda. Agak susah juga mengecek keadaan di luar. Selain kaca kokpit, semua jendela tetutup embun tebal.
∴
Entri 3940161
Beberapa tanaman Rul layu dan nyaris mati, atmosfer di sini jadi terlalu lembab, katanya. Jika seisi rumah kaca itu kehilangan rona hijau mereka, akan jadi masalah cukup serius....
Mungkin kami harus pindah. Seandainya memang begitu, apakah Fjo bisa menemukan planetoid baru kami?
∴
Entri 3940165
Tepat ketika aku membuat keputusan besar, kurasa hujannya mulai mereda. Tidak ada lagi suara hantaman butir air yang menusuk runguku. Aku segera memanggil Rul, kami mengecek keluar jendela.
Aku menyesali perbuatan itu.
Rul masih duduk di hadapanku, matanya yang kosong menunduk, tubuhnya gemetar, ia kelihatan panik. Mungkin ia memikirkan nasib tanamannya, mungkin nasib kami berdua, atau nasib R7258—entahlah, aku tak yakin. Mungkin ia semakin membenci kapucino, dan kurasa ia ada benarnya.
Beberapa saat selepas kepergian Fjo, untuk pertama kali langit tampak berbeda. Tidak bisa dipungkiri, langit memang selalu berbeda, sebab setiap objek yang kulihat perlahan-lahan bergerak menjauh lalu hilang di ufuk. Bukan berarti mereka menghindariku. Mereka memang bergerak, karena sudah seharusnya begitu dan aku yang hanya makhluk kerdil ini mustahil menemukan alasannya. Namun hari itu berbeda—hujan turun.
Hujan turun meski aku tidak menemukan segumpal awan pun di atas kepala, meski bintang-bintang masih tercatut manis di konstelasi mereka, meski lampu alarm darurat di kokpit berkedip tenang tiap tiga detik, meyakinkanku bahwa ia tidak mendeteksi apapun yang berbahaya.
Hujan turun di R7258. Warnanya kecokelatan dan rasanya seperti kapucino.
∴
Entri 394040
Aku telah menulis surat untuk Fjo, tentang hujan kapucino itu dan lubang-lubang bekas meteorit yang kini terlihat mirip kubangan lumpur di rumah kaca kalau Rul terlalu banyak menyiram labunya. Tentu saja, air yang sudah menyentuh permukaan lebih baik dibiarkan saja. Tapi aku dan Rul sempat menyimpan beberapa botol hujan yang belum terkontaminasi. Kami belum putuskan untuk apa. Kemarin aku naik kereta pertama melintasi utara Bima Sakti, pergi ke kantor pos yang tetap saja antre padahal aku berusaha datang seawal mungkin. Rul bilang ia ingin makan ikan jadi aku mampir ke tepi untuk memancing, lalu pulang naik kereta terakhir. Tangkapannya tidak banyak. Cukup, kurasa.
Oh, aku menyematkan selembar foto pada surat Fjo, untuk berjaga-jaga. Ia tak akan percaya padaku kalau tidak melihat hujan itu sendiri. Kuharap fotonya cukup jelas. Mungkin itu bisa mendorongnya untuk cepat pulang.
∴
Entri 394048
Hujan turun lagi dan Fjo belum membalas suratku.
Hari ini kukira ada segerombol cacing yang ikut dimuntahkan angkasa, tapi aku salah—dan tidak perlu khawatir. Objek misterius itu bukan cacing.
∴
Entri 394050
Rasanya aku perlu menulis jurnal ini soalnya banyak hal penting terjadi. Rul menghabiskan sehari penuh di lab demi meneliti cacing yang ternyata bukan cacing. Katanya itu makanan, diolah dari tanaman, ia tidak yakin namanya apa. Untuk saat ini kami menyebutnya platostoma palustre, kata Rul itu nama tanaman asalnya. Aneh, kupikir, Rul sendiri tidak yakin apakah masih ada yang menanam platostoma palustre lebih-lebih mengolahnya jadi makanan (lagipula rasanya ganjil, seperti jeli tapi sedikit asin). Bagaimana mereka bisa ikut turun bersama hujan?
Entahlah. Yang lebih penting, surat balasan dari Fjo akhirnya datang. Ia meminta maaf karena terlambat mengirim suratnya, walau tidak bilang alasannya kenapa. Bukan salah Fjo, pasti lumayan repot harus membalas suratku di sela-sela perjalanan. Isinya pun tidak begitu banyak, ia menulis posisinya saat itu ada di reruntuhan Herschelii, jauh di selatan. Ia juga percaya soal hujan itu, barangkali aku bisa mengirimkan satu botol kapucino di surat selanjutnya, katanya. Aku tidak keberatan, sih.
∴
Entri 394053
Hari ini aku pergi ke kantor pos lebih awal lagi. Antreannya tidak seberapa. Sesuai dugaanku, Rul masih tidak suka kopi, padahal kapucino itu sudah cukup manis. Aku mampir sebentar untuk membeli susu. Kuharap Fjo bisa lebih mengapresiasi kapucino daripada Rul.
∴
Entri 394055
Terkadang aku berharap hujan berlian turun di R7258, seperti di Saturnus. Tentu, planetoid mungil ini tak akan bisa menampung terlalu banyak berlian, bongkahan mengilap itu bakal menggunung di depan pintu masuk—barangkali sampai menghancurkan rumah kaca Rul. Setelah berpikir begitu, rasanya jahat sekali, aku tidak ingin melihat Rul menangisi rumah kacanya.
Terkadang, kupikir hujan kapucino dan platostoma palustre tidak buruk juga.
∴
Entri 394070
Agaknya Fjo terlambat membalas surat lagi.
∴
Entri 394079
Karena semakin sering turun hujan, aku tidak bisa pergi ke stasiun. Rul bersikeras membuatkanku payung dari dedaunan pohon musa acuminata balbisiana kesayangannya. Aku bersikeras melarangnya, takut menghambat panennya buah-buahan biru itu. Sebagian besar waktu kuhabiskan mengawasi kokpit dan menyusun kecocokan planisfer dengan lanskap angkasa. Semua masih sama, tertata begitu rapi.
Masih belum ada surat dari Fjo.
∴
Entri 394081
Aku bermimpi.
Di mimpiku, aku sedang berdiri di bawah hujan dengan pakaian basah kuyup. Aku mendongak dan tidak ada mendung atau gumpal awan, langit betul-betul sama cerahnya seperti saat pertama kali kami mendarat di R7258. Aku berjalan memutari permukaan landai R7258 sebanyak empat kali, lantas berhenti di tepian kolam kecokelatan. Di sana ada bayanganku, dan bayangan Fjo.
Ketika terbangun, aku mendengar suara isak tangis. Jantungku nyaris berhenti, kukira Rul sedang menangis di kamar sebelah—sudah nyaris dua bulan sejak Rul terakhir kali menangis diam-diam (sejak Fjo bilang ia akan pergi).
Ternyata itu suara isakanku sendiri.
∴
Entri 394083
Kolam itu sungguhan ada. Rul dan aku berjalan ke permukaan timur untuk menilik peristiwa tahunan, serpihan raksasa Boötids akan melintasi planetoid kecil kami. Kali ini hujan tidak turun, beruntung sekali, tapi aku jadi terlalu antusias menengadah sampai tidak memperhatikan jalan—dan aku menginjak lubang yang dalam. Bisa-bisa aku tenggelam seandainya Rul tidak ada di sana untuk menarikku kembali. Aku sama sekali tidak ingat ada lubang sebesar itu di sana, namun yang kami lihat jelas-jelas kolam kapucino, luasnya kira-kira enam meter. Mungkin begini rasanya jadi semut yang terjebak di rumah kaca Rul ketika ia terlalu banyak menyiramkan air.
Hanya bayangan kami yang terlihat di permukaannya. Air keruh ini segan memantulkan langit dan bintang-bintang dan serpihan Boötids yang hendak lewat.
Rul mengajakku piknik kecil-kecilan di tepi kolam baru kami besok.
∴
Entri 394084
Hujan turun lagi, kami tidak jadi pergi piknik.
∴
Entri 394091
Baru saja aku menerima paket tanpa nama pengirim. Rul menyuruhku berhati-hati, tapi aku tahu itu pasti kiriman Fjo. Di dalamnya ada botol—botol kapucino yang kukirim pada Fjo! Ia mengisi botol kosong itu dengan debu kosmik, sangat cantik, seolah ia menyedot sepotong awan nebula ke dalam sana. Sayangnya tidak ada surat maupun pesan lain lagi. Kami memajang botol itu di ruang duduk.
∴
Entri 3940100
Saat memandang Alderamin yang berpendar seputih bintik Neptunus, aku jadi bertanya-tanya sudah seberapa jauh Fjo telah melangkah? Lalu tiba-tiba memori tentang obrolanku dengan Fjo kembali berputar di kepala. Aku ingat Fjo pernah berkata bahwa setelah mati, jiwa kita berubah menjadi bintang. Aku cuma tertawa. Konyol betul isi benaknya itu. Kalau ia benar, maka seumur hidup ini kuhabiskan untuk mengamati orang mati? Yang benar saja.
∴
Entri 3940129
Sebulan lamanya, hujan turun setiap hari. Di laci nakasku ada surat yang siap dikirim, tapi aku tidak akan bisa pergi ke kantor pos di tengah cuaca buruk begini. Rul bilang tidak apa-apa, lagipula Fjo mungkin terlalu sibuk untuk mengurusi surat, lihat saja—ia baru mengirimi kita satu pucuk surat dan satu buah paket! Terus terang, Rul ada benarnya.
∴
Entri 3940137
Hari ini masih hujan.
∴
Entri 3940142
Kukira tetesan kapucino di luar setidaknya berhenti saat aku pergi tidur, tapi Rul bilang deru air itu terus mengetuk-ketuk jendelanya sampai kantuknya hilang. Kedengarannya tidak benar.
∴
Entri 3940150
Atap kami sempat bocor, tapi sudah ditambal dengan getah pohon. Ia mungkin cuma bertahan sebentar, kami harus memikirkan rencana lain kalau hujan ini tidak kunjung reda. Agak susah juga mengecek keadaan di luar. Selain kaca kokpit, semua jendela tetutup embun tebal.
∴
Entri 3940161
Beberapa tanaman Rul layu dan nyaris mati, atmosfer di sini jadi terlalu lembab, katanya. Jika seisi rumah kaca itu kehilangan rona hijau mereka, akan jadi masalah cukup serius....
Mungkin kami harus pindah. Seandainya memang begitu, apakah Fjo bisa menemukan planetoid baru kami?
∴
Entri 3940165
Tepat ketika aku membuat keputusan besar, kurasa hujannya mulai mereda. Tidak ada lagi suara hantaman butir air yang menusuk runguku. Aku segera memanggil Rul, kami mengecek keluar jendela.
Aku menyesali perbuatan itu.
Rul masih duduk di hadapanku, matanya yang kosong menunduk, tubuhnya gemetar, ia kelihatan panik. Mungkin ia memikirkan nasib tanamannya, mungkin nasib kami berdua, atau nasib R7258—entahlah, aku tak yakin. Mungkin ia semakin membenci kapucino, dan kurasa ia ada benarnya.
Kerennn!!!
ReplyDeleteTerima kasih!
DeleteTerima kasih telah menulis ini 🙌🌻
ReplyDeleteTerima kasih kembali telah meluangkan waktu buat baca! :)
Delete