Peculiar (Fanfiction Indonesia Dazai Osamu X Reader)
Peculiar
A chaptered fanfic of
Dazai Osamu X Reader
Dazai Osamu X Reader
by hvnlysprng
***
Terhitung hampir dua jam (y/n) berada dalam posisi duduk yang sama. Sang gadis berusaha mempertahankan postur seanggun mungkin kendati otot kaki dan punggungnya mulai terasa berdenyut-denyut.
Netranya menyapu sekeliling sebelum berakhir bersirobok dengan manik kecoklatan milik lelaki bersurai senada, hingga sang pemilik lantas mengalihkan pandangan. Selebihnya, ruangan cukup luas di lantai 4 salah satu gedung kota Yokohama ini diselimuti keheningan.
(Y/n) tak merasa terganggu, ia justru menyukai suasana sepi lebih dari apapun. Lagipula, keberadaannya di sini menentukan masa depannya. Entah usahanya datang jauh-jauh dari Sapporo ini sia-sia atau tidak.
Satu-satunya hal yang mengusik adalah pandangan lelaki itu.
Pandangan curi-curi, namun tetap berakhir tertangkap oleh reflek cepat (y/n). Sesuatu dalam atensinya meningkatkan rasa gugup sang gadis. Hanya saja, fakta bahwa lelaki itu adalah Dazai Osamu—calon seniornya di agensi ini—mau tak mau membuatnya tak bisa berkutik. Jangankan menanyakan alasan di balik aksi pemuda Osamu tersebut, berlama-lama menatapnya saja (y/n) tak berani.
Tangan (y/n) terulur, meraih cangkir teh hitam menimbulkan dentingan kecil antara permukaan cangkir dan alasnya secara tiba-tiba. Tanpa disadari bunyi itu lantas membuat Dazai tersentak, sebelum detik berikutnya terdengar ringtone nyaring telepon genggamnya, memperburuk keadaan hingga pemuda itu terlonjak dari tempat duduknya.
Seraya terbatuk kecil, Dazai membuka flip ponselnya kemudian menempelkannya pada telinga tanpa melihat nama yang tertera di layar.
"Ini Daza—"
"—KUPERINGATKAN KAU JANGAN MAIN-MAIN DENGAN ANGGOTA BARU KITA!"
Saat itu juga posisi ponsel Dazai sudah berpindah beberapa inci dari lubang telinganya. Tak lama terdengar gelak tawa khas sang pemuda.
"Bicara apa, sih, Kunikida-kun? Apa maksudmu dengan main-main? Kau meragukanku sebagai seorang gentleman? Ck ck, seharusnya kau tau kalau menuduh orang yang tidak-tidak itu melanggar undang-undang perlindungan hak asasi pasal 27 ayat 3."
"Hmm ... kau benar juga," jawab suara di seberang sana.
"Lebih baik kau mencatatnya! Catat!"
Hening sesaat, selagi sayup-sayup terdengar gumaman Kunikida yang tampaknya segera mencatat apa yang dikatakan rekannya.
"Tapi bohong."
"SIALAN KAU DAZA——"
Tut. Tut. Tut.
Bunyi sambungan terputus itu diikuti oleh tawa nista Dazai, yang sekali lagi merasa puas sudah berhasil mengelabui partner kerjanya itu. Ia bertanya-tanya, apa ini salah Kunikida yang terlalu bodoh atau karena dirinya saja yang terlalu pintar?
Haha. Bagi seorang Dazai Osamu, sih, pilihan kedua itu jauh lebih logis. Walaupun pernyataan bahwa Kunikida terlalu bodoh itu ada benarnya juga.
Namun, sebelum pemuda bersurai coklat itu menyadari tatapan aneh dari perempuan yang duduk manis di seberangnya, ponsel di tangannya kembali berdering.
"Ada apa lagi, Kunikida-kun?"
"Ini perintah dari Bos. Beri tau (y/n)-san kalau tesnya ditunda, suruh dia datang lagi besok pagi."
"Oke~"
"Dan kuperingatkan sekali lagi, jangan main-main dengannya atau kau akan berakhir bunuh diri bersama kecoa."
Belum sempat Dazai mengucapkan barang satu patah kata pun, sambungan telah diputus. Barangkali Kunikida masih tidak terima telah dibodohi sekaligus ingin balas dendam atas terputusnya sambungan telepon sebelumnya.
"Baiklah, (y/n)-san." Dazai memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku, untuk pertama kalinya bertemu pandang secara serius dengan perempuan bernama (y/n) tersebut. "Baru saja aku mendapat kabar kalau tesmu ditunda sampai besok pagi, jadi kau bisa pulang sekarang. Aku benar-benar minta maaf telah membuatmu menunggu selama ... hampir dua jam, ya?"
Muncul sebuah kerutan halus di dahi sang gadis, sedikit tertutup oleh poni rambut (h/c)-nya. "Bolehkah saya bertanya alasannya?"
Sebelah alis Dazai terangkat. "Maaf, tidak ada informasi mengenai itu."
Jeda beberapa detik sebelum (y/n) menghela napas. "Baiklah...," ucapnya seraya beranjak dari tempat. "Kalau begitu saya permisi dulu. Terima kasih."
Perempuan itu membungkuk bersamaan dengan Dazai yang lekas ikut berdiri. Ia berjalan menuju pintu keluar ruangan kantor Agensi Detektif Bersenjata tanpa melihat keberadaan siapapun di sana, meyakinkan dirinya bahwa kini hanya ada ia dan lelaki bernama Dazai barusan.
Baru saja sepatu pantofelnya berhenti menapak lantai dan jemarinya hendak menyentuh gagang pintu, sesuatu membuatnya berbalik. Punggung gadis itu kini membelakangi pintu, tangan kanannya hampir menyentuh permukaan pistol di balik jas hitamnya namun dengan segera dihentikan. Manik (e/c)-nya membulat ketika menyadari Dazai saat ini berdiri tepat di hadapannya seraya menggenggam pergelangan tangan kanannya.
"(Y/n)-san."
Mendengar namanya disebut hampir-hampir membuat jantung (y/n) serasa hendak melompat keluar. Beberapa kali ia berkedip, semakin menyadari betapa dekatnya posisi antara dirinya dan Dazai sekarang. Ia menelan ludah. "Ya?"
Ketika hangatnya napas lelaki itu menyentuh telinga (y/n), sudah terlambat untuk menyesali segalanya.
.
.
.
"Maukah kau bunuh diri ganda bersamaku?"
***
YUHUU APA KABAR KAWAN.
As you see, aku sedang tergila-gila sama yang namanya Dazai Osamu pairing coretcanonnyacoret Chuuya Nakahara .g
Aku berusaha sebisa mungkin ngasih bumbu-bumbu comedy di sini, BAHKAN ENDINGNYA KUBIKIN COMEDY YEGAK. Tapi tetep berakhir fail sih. Meski aku seneng karena udah lama nggak nulis ff chara animu sampe kelar wkwk. Ohiya ini chaptered insyaAllah dilanjut kalau nggak wb. Doain aja mood ke Bungo Stray Dogs nggak gampang ilang wkwk.
Sekian dulu ya, hope we meet again soon:) auf wiedersehen~
lanjutkan kak, bagus bagus ^^
ReplyDelete