Question? (Fanfiction Indonesia Karma Akabane X Reader)
Question?
A ficlet of
Karma Akabane X Reader
Karma Akabane X Reader
***
Ada
saat di mana (y/n) merasa terlalu lelah menghadapi kehidupan. Ia ingin segera
mandi air hangat, memakai baju bagus yang sudah terlalu lama disimpan dalam
lemari, lalu pergi ke sebuah cafe di ujung jalan untuk sekedar merenung.
Terdengar
berlebihan memang, hanya saja (y/n) merasa itu pilihan yang cukup baik untuk
dilakukan. Berhubung dirinya jarang pergi ke luar selain saat memiliki urusan
penting karena waktu senggangnya telah dihabiskan untuk memikirkan seorang
lelaki berobsidian mercury.
Namun
kali ini lelaki itulah yang menjadi alasannya ingin membebaskan diri menuju
dunia luar.
Bisa
ditebak, (y/n) adalah gadis yang tidak begitu menyukai keramaian. Tentu saja ia
tidak akan repot-repot menghampiri apa yang tidak ia suka, jika kejadian
semalam tak pernah terjadi.
Menyetujui
ajakan makan malam dari kedua kawan lamanya, lelaki bersurai merah dan biru,
mungkin sebutan 'makan malam' sedikit terlalu elegan. Faktanya mereka bertiga
hanya pergi ke restoran kecil, makan yakiniku dan minum sake.
Tidak
satu kali pun (y/n) menyentuh gelas sakenya, gadis itu tak ingin berakhir mabuk
di depan seorang Akabane Karma. Lagipula Nagisa sudah cukup mengerti bahwa
(y/n) tidak suka dipaksa.
"Tidak
akan kubiarkan kau membuatku mabuk lagi kali ini, Karma."
Ketika
ancaman itu meluncur dari mulut Nagisa diikuti kekehan Karma, getaran di ponsel
(y/n) menginterupsi. Sang gadis terpaksa meminta izin ke kamar kecil untuk
menerima telepon.
Begitu
(y/n) menekan tombol berwarna hijau di layar ponselnya, bisa terdengar teriakan
panik dari seberang sana.
"(Y/N)!
Aku lupa membawa kunci rumah! Kau harus pulang sekarang juga!"
"E-eh?
Tapi—"
"Tolong
cepat atau aku akan mati kedinginan di depan pintu! Kutunggu!"
Dengan
itu sambungan terputus. (Y/n) hanya bisa menghela napas panjang, sudah bukan
hal asing kakak perempuannya membuatnya kerepotan seperti ini.
Ia
melangkah keluar dengan penyesalan memenuhi dadanya, berpikir mungkin lebih
baik menyembunyikan kunci cadangan di suatu tempat di depan rumah ketika suara
Nagisa tertangkap oleh indra pendengarannya.
"...
lagipula kenapa kau selalu ingin membuatku mabuk setiap kita pergi makan
bersama?"
"Supaya
kau tidak ingat curhatanku."
Ayunan
tungkai (y/n) terhenti. Sesuatu membuatnya berdiam di tempat kendati ia tak
tahu pasti apa alasannya. Sebuah dinding tak seberapa tebal berada tepat di
antara dirinya dan meja yang ditempati Nagisa dan Karma.
Apa
ia penasaran tentang apa yang ingin dikatakan Karma pada Nagisa hingga harus
membuat lelaki bersurai biru itu mabuk terlebih dulu? Mungkin, mungkin saja.
Tapi—
"Ini
tentang perempuan berkacamata yang pintar di pelajaran IPA."
—bagaimana
kalau Karma membicarakan orang yang disukainya?
Sejujurnya
itu adalah kebenaran yang ingin didengar (y/n) sejak dulu.
Tetapi
saat ini (y/n) berharap ia tak pernah mendengarnya.
Karena
ia bukan perempuan berkacamata yang ahli dalam bidang IPA.
***
(Y/n)
melakukannya. Ia telah mengabaikan segala hal yang tadinya mengganggu fokusnya,
kini mendestinasikan waktunya di salah satu meja cafe dengan pemandangan ke
arah jalanan melalui jendela kaca besar.
Sungguh,
ia ingin menangis, terlebih mengingat bagaimana manik mercury Karma bertemu
pandang dengan miliknya kemarin. Lelaki itu mengerling, memperlihatkan ekspresi
antusias yang tak pernah (y/n) ketahui sebelumnya.
Apakah
dirinya terlalu naif?
Berpikir
bahwa seorang Akabane Karma tak akan mempunyai waktu untuk membiarkan pemikiran
tentang cinta melintas dalam benaknya, apa (y/n) telah salah karena jatuh hati
pada lelaki itu hampir tujuh tahun lamanya?
Tentu,
(y/n) tahu betul siapa perempuan paling beruntung di dunia yang dimaksud Karma
kemarin. Ia adalah perempuan yang sama seperti yang disebut lelaki itu tujuh
tahun lalu saat para siswa membahas siapa siswi paling menarik di kelas.
Menatap
kosong pada secangkir teh earl grey yang masih mengepulkan asap beraroma manis,
(y/n) merasakan air memenuhi sudut matanya.
Kala
itu (y/n) mengabaikan sorakan teman laki-laki di kelasnya, lebih percaya pada
ucapan Nagisa bahwa Karma mengaku hanya ingin menggunakan keahlian meracik
racun milik gadis itu sebagai sarana melakukan keusilan.
Siapa
yang tahu? Hal kecil benar-benar bisa tumbuh menjadi sesuatu yang besar.
Dimulai
di tahun terakhir sekolah menengah pertama. Tujuh tahun. (Y/n) telah
memperjuangkan Karma ketika lelaki itu memperjuangkan orang lain.
Bulir
air mata jatuh menuruni pipi (y/n). Cepat-cepat ia mengusapkan punggung tangan
untuk menghapusnya.
"(Y/n)-chan?"
Tersentak,
ketika mendongak (y/n) bertemu pandang dengan pemilik manik mercury indah yang
memberinya senyuman manis seperti biasa. Ia, Karma, dengan sejuta pesonanya
selalu berhasil meluluhkan hati (y/n). Baik itu tujuh tahun lalu, kemarin, hari
ini, maupun besok.
Kenapa?
Kenapa (y/n) tak bisa berhenti jatuh hati padanya?
-END-
(a/n)
Halu.
JAHAT BANGET AKU JANJIIN VoF CHAPTER 16 KELAR SEBELUM TANGGAL 12 TAPI NYATANYA SAMPE SEKARANG MASIH BELUM SELESAI.
Maafkan aku kawan. Karma yang officially in love with someone terlalu menyakitkan. Udah gitu hari ini ada berita Niall dating. Tamat sudah nasibku:)
Doakan aku udah kelarin #16 sebelum masuk sekolah yha~π
Comments
Post a Comment