BTS Fanfiction - Vector of Fate (Part 1)
Tittle : Vector of Fate
Genre : School, Romance, Comedy, Friendship, Slice of
Life
Rate : T
Length : Chaptered
Cast :
·
Kim Seok Jin
·
Min Yoon Gi
·
Jung Ho Seok
·
Kim Nam Joon
·
Park Ji Min
·
Kim Tae Hyung
·
Jeon Jung Kook
·
Jung Hye So (OC)
·
Song Ra Hee (OC)
·
Lee Hwa Rin (OC)
·
Kim Ha Ni (OC)
·
Park Choon Hee (OC)
·
Other
Description
All you know about high schooler,
terkemas (semoga) rapi dalam sebuah fanfic. Dengan tambahan sense humor
disana-sini, berharap bisa mengocok perut para pembaca.
“Apa kau percaya takdir yang membawa kita semua
kesini?”
“Apa yang kau bicarakan sih? Berhentilah
melamun, apa kau tidak tahu sekarang pelajaran guru killer?”
A fanfic by nsama48
1
“Selamat pagi—“
Guru Park menghentikan salamnya lalu mengernyit melihat keadaan kelas
yang baru ia masuki, dua belas kursi yang berarti lebih dari separuh jumlah
murid masih kosong tanpa ada tanda-tanda orang yang mendudukinya. Dan ini
adalah hari pertama di sekolah.
***
“Di mana
kacamataku?”
Park Jimin menghadapi masalah terbesar saat pagi pertamanya di sekolah menangah atas, kacamata yang biasa ia letakkan di meja belajar hilang ditelan
bumi, padahal seingatnya benda itu terakhir dilihatnya tergeletak di sana
semalam.
Seharusnya ia sudah berangkat sekarang karena bel masuk akan
berbunyi 20 menit lagi, waktu yang sangat sempit melihat jarak rumahnya ke
sekolah ditambah menunggu bus. Tangannya membuka-buka tiap laci yang ada di
kamarnya, tidak lupa melongok ke kolong tempat tidur dan memeriksa bawah
bantal, tapi ia sama sekali tidak melihat tanda-tanda keberadaan kacamata yehet
itu.
Sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal ia melirik jam
dinding, tujuh menit berlalu hanya untuk pencarian sia-sia. Akhirnya dengan berat
hati ia berlari meninggalkan kamarnya, memutuskan untuk pergi tanpa kacamata
itu karena sudah tidak ada waktu lagi.
***
Hari masih
pagi, bisa dibilang masih lumayan banyak waktu luang sebelum jam masuk sekolah. Tapi sebagai tambahan image siswi yang rajin, Hwarin memutuskan untuk
berangkat lebih pagi.
Senandung ber-genre hiphop terdengar seiring dengan langkah
kakinya di koridor apartemen bergaya modern itu, sampai akhirnya kedua suara
itu terhenti saat gadis itu berdiri di depan lift. Hal yang salah adalah di
depan lift itu tertera jelas sebuah papan bertuliskan “SEDANG DALAM MASA
PERBAIKAN”. Dalam hati Hwarin sedikit memaklumi hal-hal seperti ini, itulah
kenapa ia senang memilih berangkat lebih pagi.
Dengan langkah ringan ia berjalan menuju tangga yang sebenarnya sangat
sempit sampai-sampai hanya muat untuk satu orang, tapi lagi-lagi Hwarin berusaha
untuk sabar menghadapi keadaan. Sudah dua lantai terlewati,
berarti tinggal lima lantai lagi untuk sampai di lantai dasar.
“Sh*it.”
Oke, umpatan dengan volume dibawah 20Hz itu berasal dari mulut Lee
Hwarin, jangan salah mengira ia gadis penyabar karena hei sekarang kau sudah
melihat sisi aslinya. Alasan kenapa ia mengumpat ada di depannya, seorang
perempuan lansia berjalan dengan kecepatan oh-sangat-lamban karena memang
begitulah para lansia....
Menyalip warga lansia bukan hal yang sopan untuk dilakukan, lagipula
tidak ada celah untuk melakukan hal itu. Sambil membuang nafas putus asa Hwarin
bertanya-tanya apakah ia bisa sampai di sekolah tepat waktu sekarang....
***
Cahaya matahari
menyeruak masuk lewat jendela dapur rumah Jung Hoseok. Dengan semangat membara,
kepalanya terus bergerak mengikuti irama musik yang terlantun lewat radio
sembari menusuk-nusuk sayuran yang menjadi menu sarapannya pagi itu.
Setelah menyelesaikan sarapannya Hoseok memasang earphone yang
tersambung ke MP3-nya, lalu ia berjalan keluar rumah sambil menari dengan
sukacita.
“Hoseok selamat pagi, kau terlihat senang hari ini.”
Bibi tetangganya menyapa dengan ramah, ia sudah terbiasa melihat Hoseok
menari sambil berjalan seperti orang gila.
“Selamat pagi ahjumma~ Ini hari pertamaku di SMA, jadi aku
semangat sekali!”
“Wahh benar juga, kalau begitu fighting!”
Hoseok membalas pose fighting (?) yang diberikan Bibi itu
kemudian mengeraskan volume di MP3-nya, kegiatan anehnya pun berlanjut. Percaya
atau tidak ia akan menyesal karena tidak mendengar pertanyaan Bibi tetangganya
tentang, “kenapa kau tidak membawa tas?”
Yah, untungnya ia akan menyadarinya nanti, nanti.... Hanya saja dengan
begitu tidak akan ada kesempatan untuknya datang tepat waktu ke sekolah.
***
Choonhee tidak
ingin melewatkan hari se-berharga 'hari pertama sekolah' tanpa membeli donat
kesukaannya di toko roti kesukaannya, jadi ia pun rela berlama-lama mengantri
di sana. Tapi lama-kelamaan ia mulai tidak sabar karena antrian itu bergerak
sangat lamban, membuatnya bertanya-tanya sebenarnya para pembeli ini membeli
dengan cara apa.
Tinggal menunggu dua orang lagi tapi Choonhee mulai khawatir waktunya
tidak akan cukup. Terbesit pemikiran untuk meninggalkan antrian demi
ke-tidak-terlambatannya di sekolah, namun ia menggeleng kuat-kuat setelah
melihat satu orang di depannya selesai, sangat disayangkan bukan kalau dia
pergi sekarang?
Akhirnya tiba-lah gilirannya....
“Tolong dua donat cotton candy.“
“Maafkan kami tapi donat itu sudah habis.”
“Ahh....”
***
“Sekali lagi
terlihat penampakan sebuah UFO di langit Kangwondo Yanggu semalam.”
Suara pembawa berita menghentikan langkah kaki Kim Taehyung, ia
langsung berbelok arah yang awalnya menuju ke pintu menjadi ke sofa depan
televisi. Sebut saja aneh tapi Taehyung memang memiliki ketertarikan terhadap
hal-hal semacam ini, ia tidak bisa melewatkan satu berita pun apalagi semenjak
maraknya penampakan UFO liburan belakangan ini.
Menurutnya kali ini penampakan itu terlihat lebih jelas, mungkin karena
orang yang merekam video itu memiliki kamera yang lebih bagus daripada yang
lain, tapi tetap saja masih terlihat sedikit buram.
Mata lelaki itu terfokus pada layar televisi selama lima belas menit,
sampai akhirnya berita itu berakhir dan ia tersadar kalau dirinya sudah terlambat
berangkat.
***
Seorang gadis
terlihat sibuk memainkan handphonenya, jari-jarinya sibuk menari di atas layar,
sibuk membalas chat, sesekali ia tersenyum, yah seperti remaja-remaja lain
saat sedang chatting. Kemudian diliriknya jam di pojok atas layar benda itu, seketika
senyumnya terhapus, tergantikan dengan langkah kakinya menaiki tangga.
“Oppa!!! Kenapa kau lama sekali!!??”
Teriakannya memecah keheningan pagi diiringi suara gedoran pintu.
“Rahee-ya kau tunggu saja di depan! Sebentar lagi selesai!”
Dengan itu Rahee melengos pergi ke teras depan, tempatnya duduk
sebelumnya. Ia menggerutu kenapa harus berangkat bersama kakak laki-lakinya
sekarang, padahal dulu ia sudah damai dengan berangkat sendiri. Semua orang di
rumah tahu, menunggu kakak Rahee bersiap-siap membutuhkan kesabaran ekstra, entah
bagaimana nasibnya selanjutnya yang jelas Rahee tahu ia tidak bisa tiba di
sekolah tepat waktu.
***
“Baiklah sampai
jum—“
“TUNGGU!”
“Ada apa?”
“Bisakah oppa menunggu sebentar lagi?”
Yoongi menghela napasnya. Mengantar adiknya ke sekolah sudah membuang
waktu, dan sekarang malah ditambah adiknya yang tidak percaya diri menghadapi
hari pertama SMP sendirian, entah apa gunanya ia menahan Yoongi di depan
gerbang.
“Dengar, kalau di awal kau sudah begini akan bagaimana seterusnya?”
“Justru karena ini masih awal aku membutuhkanmu.”
“Kau tidak membutuhkanku.”
“Aku membutuhkanmu.”
Sia-sia saja berdebat dengan adik yang pintar berdebat, jadi Yoongi
memutuskan untuk menggunakan senjata andalannya.
“Lihat di sana ada lelaki yang mirip Lee Min Ho!”
“APA?! DIMANA?!”
Min Yoongi berlari sekencang mungkin meninggalkan adik yang telah ia
tipu untuk entah keberapa kalinya.
***
Jeon Jungkook sangatlah normal.
Bisa dibilang ia menjadi satu-satunya orang yang memiliki alasan terlambat paling normal diantara teman-temannya. Ya, ia bangun kesiangan karena semalam terlalu lama menghabiskan waktu di toko alat tulis untuk mencari semua alat tulis serba Iron Man.
Bisa dibilang ia menjadi satu-satunya orang yang memiliki alasan terlambat paling normal diantara teman-temannya. Ya, ia bangun kesiangan karena semalam terlalu lama menghabiskan waktu di toko alat tulis untuk mencari semua alat tulis serba Iron Man.
***
“Demi Tuhan
kenapa bus nya lama sekali....”
Gadis dengan nametag ‘Kim Hani’ menggerutu sambil sesekali
menengok arlojinya, ia tidak mengira menunggu bus akan jadi se-lama ini.
Tenggorokannya terasa kering karena tidak minum satu tetes air pun tadi,
dikarenakan sama sekali tidak ada persediaan air di rumahnya. Melihat sebuah vending
machine tidak jauh dari halte membuatnya tertarik.
Pilihan minuman di situ terlalu banyak, membuat Hani larut dalam
pikirannya antara memilih soda atau jus atau air mineral atau apapun itu. Tanpa ia sadari sebuah bus lewat dan berhenti di halte tempatnya duduk tadi tepat
saat ia memilih air mineral karena lebih mementingkan kesehatannya dan ia
mengambbil botolnya.
Saat ia menoleh ke arah halte, bus itu sudah melaju.
***
Meja makan di rumah keluarga Kim pagi itu sangat penuh, sampai-sampai Seokjin terpana melihatnya. Di sisi lain Ibu Kim tersenyum penuh arti melihat anak
lelaki semata wayangnya mengambil tempat duduk.
“Putraku, makanlah yang banyak karena hari ini sangat spesial dalam
hidupmu.”
Walaupun Ibu Kim berkata hari ini adalah hari spesial, sebenarnya tiap
hari pun meja makan itu memang selalu penuh.
Namun Kim Seokjin tentu saja dengan senang hati menuruti perkataan
ibunya, apalagi saat ibunya menambahkan, “jika kau tidak menghabiskan bagianmu,
nanti nasinya akan menggigitmu saat tidur.”
Sejujurnya Seokjin hampir tersedak mendengar kalimat itu, ia sudah akan
protes karena Ibu Kim seolah memperlakukannya seperti anak kecil padahal ia
sudah akan mulai memasuki SMA, tapi ia lebih memilih untuk melanjutkan
makannya.
Pagi yang indah bagi Seokjin, sayangnya keindahan itu malah membawa
malapetaka untuknya.
***
“D*amn you
bulls*hit~”
Serentetan rapp terdengar dari mulut Kim Namjoon, semangatnya sedang
berada di puncak, karena itulah level rapp-nya pun merupakan tingkat atas.
Yakin saja semua penghuni rumah itu mendengar suara keras Namjoon dan ibunya
pun sedang mengelus dada merasakan kelakuan anaknya.
Rapp itu tidak berhenti saat ia memasuki kamar mandi, mungkin karena itu juga tangannya jadi terlalu bersemangat dan menyebabkan kerusakan di
shower yang baru saja ia sentuh.
Memang sudah kebiasaan Namjoon merusak segala barang, dan kejadian ini
bukan pertama kalinya. Saat itu juga rapp-nya berhenti dan ia menatap shower
dengan gamang.
Kamar mandi rumah itu hanya ada dua. Dengan satu yang telah dirusak, ia
yakin ibunya akan marah dan menempatkannya di urutan terakhir orang yang
diperbolehkan mandi. Dengan begini ia harus mengantri kamar mandi sangat
lama.
***
Dering jam
weker membangunkan Hyeso, tanpa menengok jam ia bangun dan berjalan dengan
malas ke kamar mandi. Segera setelah bersiap-siap gadis itu pergi ke dapur
untuk membuat sarapannya sendiri.
Hyeso bukannya pandai memasak, ia hanya membuat sepotong roti bakar dan
secangkir susu vanilla, menu sarapan yang sangat simple. Sambil makan dengan
ekspresi yang entah kenapa terlihat blank, ia menengok jam dinding ruang
makan, terhitung 25 menit sebelum bel masuk, jadi sekalian saja ia memelankan
kunyahannya.
Saat berangkat pun ia bersikap sangat santai. Hanya saja keningnya
mengerut bingung melihat keadaan sekolah yang sudah sepi saat ia sampai
di sana, hanya ada sebelas murid lain yang berbaris di depan seorang guru tidak
jauh dari gerbang.
Kemudian ia baru teringat kalau jam dinding di ruang makannya disetel
lebih lambat 20 menit dari waktu yang asli.
***
To Be Continued
To Be Continued
Gak sabar nungguin lanjutannya ππ
ReplyDeleteGak sabar nungguin lanjutannya ππ
ReplyDeleteww makasih ;;
Deletepart 2 nya udah ku post kok
halo unni^^ maaf sebelumnya aku sider:( ga diulangin lagi deh wkwk :D kenalin valkmu here to leave a some comment❤
ReplyDeleteterharu saya._.
Deletemakasih udah baca yaaa~ salam kenal juga valkmu~
gapapa kok aku ngerti ada tipe pembaca yg lebih suka sider gitu yg penting kamu suka ff ku aja aku udah seneng ;;;;
keep reading ya<3